SANTO EDMUND CAMPION - Dan Anak-Anak yang Tidak Terkalahkan.
by Lances in


Pagi hari di musim semi yang indah pada tahun 1581 … Empat orang anak laki-laki memandang keluar jendela tingkat atas dari rumah bertingkat dua, Blainscough Hall, yang terletak di dekat Standish di Lancashire. Thomas yang tertua berumur 13 tahun, kemudian Robert, Richard dan akhirnya yang paling kecil, John yang berumur 8 tahun. 
“Lihat, itu mereka disana!” katanya kegirangan. Memang betul, 3 orang terlihat sedang menuju kemari melalui jalan di mana pohon-pohon chestnut sedang bersemi, dan menuju ke kebun yang indah dari rumah itu. Dua orang dari mereka ialah seorang tuan dan seorang nyonya yang berumur kira-kira setengah abad dalam pakaian model jaman Elisabeth. Sedangkan yang seorang … sederhana, bahkan agak kumal pakaiannya.
“Ah, dia memakai pakaian pelayan!” anak kecil itu melanjutkan dengan nada yang kecewa.

“Ya, kamu tahu bahwa ia harus menyamar, bodoh!” jawab Thomas, kakaknya dengan cepat.
“Apabila ia tertangkap … ia akan dibawa kepenjara, disiksa dan mungkin dihukum mati di Tyburn,” jawab Robert.
“Saya tahu semua itu!” jawab yang kecil dengan marah.
“Tetapi paman Thomas dan pater yang bersembunyi disini, biasanya berpakaian seperti seorang tuan atau pedagang.”
“Penyamaran ini barangkali yang paling baik,” kata Thomas. “Mata-mata Negara tersebar kemana-mana. Marilah kita bersiap-siap menyambut mereka.”

Keempat anak laki-laki itu berlomba-lomba ke bawah lewat pintu menuju ke ruang tamu. Keributan karena kegirangan itu berhenti ketika orang tua mereka masuk ruang dengan tamu-tamu, nyonya dan tuan terhormat, dan yang seorang, pelayan itu, cakap dengan pandangannya yang tajam. Tiap-tiap anak yang diperkenalkan, berlutut untuk menerima berkat dari pater Serikat Yesus yang terkenal ini : pater Edmund Campion, yang sedang dicari-cari oleh pengejar-pengejar para imam. Karena pada waktu itu adalah saat yang menakutkan bagi orang-orang Katolik di Inggris, di bawah pemerintahan ratu Elisabeth, Earl dari Leicester, Lord Burghley dan lain-lainnya yang diputuskan untuk melenyapkan sisa-sisa dari agama Katolik, dan sebaliknya untuk membangun sekolah  mungkin dengan ajaran yang lain, dengan Ratu Elisabeth sebagai pemimpin dari Gereja Inggris, dan bukannya Paus.

Korban Misa telah dianggap melawan hukum Negara, dan pastor-pastor dilarang tinggal lagi di Inggris. Sedangkan mereka yang melindungi pastor-pastor itu atau mempergunakan rumah mereka untuk Misa, seperti misalnya Richard Worthington dari Blainscough Hall itu, dapat dihukum penjara, denda atau disita kekayaannya. Meskipun begitu, keluarga Worthington sangat bangga memikul resiko itu, bergembira karena Pater Edmund dapat bersama mereka, pada Paskah tahun 1581 ini. Sore hari sebelumnya, anak laki-laki itu telah mengajukan bermacam-macam pertanyaan tentang tamu yang mereka tunggu itu, sehingga ayahnya memutuskan jalan yang paling mudah yaitu menceritakan riwayatnya.

“Nah, Pater Campion dilahirkan pada tahun 1540, jadi kini ia berusia 41 tahun” mulainya.
“Ia adalah putera seorang penjual buku di London, bukan ayah?” sela Thomas.
“Dan ia bersekolah di Christ’s Hospital dan St. John’s Collage di Oxford!” kata Robert tak mau kalah.
“Nah, saya atau kaliankah yang akan berceritera,” Tanya ayahnya dengan tersenyum, dan menambahkan : “Ya, kalian benar. Di Oxford ia menjadi sarjana, dan ketika Ratu Elisabeth mengunjungi tempat itu, ia demikian tertariknya akan pidatonya yang dibuat untuk menyambut sang ratu, sehingga ratu mengirimkan orang kesayangannya, Earl dari Leicester, untuk mengatakan padanya bahwa ratu membutuhkan pembicara yang pandai seperti dia, sebagai pemimpin dari ajaran yang baru itu. Ini berarti bahwa ia akan menjadi cepat kaya dan berkuasa.”

“Tetapi saya kira ia seorang Katolik.” Lanjut John.
“Ia belumlah seorang Katolik pada waktu itu. Sebagai sarjana ia tidak menganggap agama sebagai hal yang penting, dan banyak sahabat karibnya termasuk dalam partai Ratu. Demikianlah ia bertemu dengan Earl dari Leicester itu, dan  ia pun bahkan ditahbiskan. Kemudian tibalah waktu yang penting, yaitu ia harus memutuskan apakah setuju atau tidak pada agama Katolik. Ia diminta untuk berkhotbah atas nama ajaran baru itu di Gereja Saint Paul di London.”
“Tetapi ketika tiba waktunya, ia menyadari bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang akan dianutnya, bukankah begitu ayah?” teriak Thomas.

“Ia menetapkan untuk memutuskan persahabatannya dengan Leicester. Ia melepaskan karirnya dan keluar dari Oxford, bukan ayah?”
“Ah, saya kira itulah suatu keputusan yang hebat!” teriak John.
“Memang demikian,” ayahnya menyetujui.
“Nah, sekarang dari Oxford ia pergi ke Irlandia di mana ia menyebutkan dirinya tuan Patrick.”
“Tetapi … mengapa ayah?”
“Lord Burghley … dan lebih terkenal dengan sebutan Sir William Cecil pada waktu itu … adalah salah seorang pengikut Ratu, yang marah karena kehilangan orang terpandai itu. Beliau menyuruh orang-orang mengejar penghianat Campion itu. Tetapi mereka tidak berhasil menangkapnya. Karena ketika Pater Campion mendengar tepat pada waktunya bahwa mereka dalam perjalanan untuk menangkapnya, ia menumpang sebuah kapal ke Flandria. Mereka sesungguhnya mencari ditempat itu, tetapi tidak menemukannya.”

“Bagaimana mungkin, ayah. Di manakah ia bersembunyi?”
“Ia tidak bersembunyi, tetapi mereka mencari seorang sarjana yang berpakaian bagus, sedangkan ia menyamar sebagai pelayan, yang majikannya adalah pembantu Earl dari Kildare. Di sana ia berdiri dan setiap orang dapat melihatnya dalam pakaian pelayan yang kumal, demikian cerita orang. Sangat tolol dan bodoh!”
Mereka tertawa geli sementara sang ayah melanjutkan : “Bagaimanapun juga, karena rahmat Tuhan, sesudah lewat Inggris ia mendarat dengan selamat di Douay.”
Anak-anak itu tahu bahwa Douay adalah sebuah kota di Flandria yang melindungi pelarian-pelarian Katolik. Mereka tahu juga bahwa seorang Pastor bernama Dr Allen, telah memulai sebuah perguruan di sana untuk mahasiswa-mahasiswa Inggris sehingga kenudian mereka dapat kembali ke Inggris sebagai Pastor Missionaris. Resikonya : penganiayaan dan kematian apabila tertangkap.
“Mula-mula Pater Campion mengajar sebagai professor, kemudian ia pergi ke Roma di mana ia bergabung dengan Serikat Yesus. Sebagaimana kamu ketahui, ia kembali mendarat di Dover (Inggris) bulan april 1580, setahun yang lalu.”

“Dan apakah yang telah dikerjakannya sejak waktu itu?” Tanya mereka ingin tahu.
“Kita harus meminta beliau untuk berceritera apabila beliau datang,” jawab ayahnya sambil tersenyum. Dan sekarang benar-benar orang Yesuit yang terkenal itu ada dirumah mereka. Mereka menjadi sangat girang ketika pada jam 11 waktu makan, ia mulai menceritakan pengalaman-pengalamannya yang berbahaya dan menarik itu.

“Hal yang pertama kali saya lakukan ketika mendarat di Dover adalah berlutut di belakang sebuah batu untuk memohon berkat Tuhan atas misiku, tetapi tiba-tiba aku malah ditangkap, dibawa kehadapan walikota, dan dituduh sebagai saudara Dr Allen.”
Anak-anak itu menjadi kaget, dan Pastor Campion melanjutkan ceriteranya : “Terhadap tuduhan itu aku menjawab, aku akan bersumpah bahwa aku bukanlah Gabriel Allen. Aku berdoa dengan sungguh-sungguh kepada pelindungku, Yohanes Pembaptis, dan kemudian suatu hal aneh terjadi, mereka melepaskan aku pergi!”

Pendengar-pendengarnya menarik nafas lega dan John dengan sangat girang berseru : “Pater, tahukah Pater bahwa kemenakan-kemenakan Dr Allen tinggal disini di Lancashire. Mereka adalah teman-teman kami. Eleanor, Catherine dan Mary. Mereka juga mengadakan Misa di rumah mereka. Tetapi Mary belum menerima Komuni Pertama.”

“Jangan keras-keras!” bisik saudara-saudaranya dengan marah, sementara ayah dan ibunya juga melihat padanya dengan tidak setuju. Tetapi Pastor Edmund hanya tersenyum sambil berkata : “Saya berhasil mencapai London. Sejak itu saya telah berkelana dimana-mana, kadang-kadang sebagai tuan Edmund, pedagang permata yang kaya dengan kuda dan pelayan, dan kadang-kadang sebagai pelayan seperti sekarang ini. Tetapi sepanjang waktu itu, karena kemurahan Tuhan, saya tetap merdeka dan dapat memberikan sakramen-sakramen secara rahasia kepada orang Katolik atau memenangkan jiwa atas kepercayaan mereka.”

Keesokan paginya kapel dari Blainscough Hall penuh dengan orang-orang Katolik yang datang dengan sembunyi-sembunyi lewat kebun, ingin mendengarkan khotbah Pater Edmund Campion. Sesudah itu Nyonya Allen yang tinggal dekat mereka, mengundang Pater Edmund untuk tinggal bersamanya di Ross Hall. Karena tahu bahwa ia adalah seorang janda yang tidak ada suami untuk melindunginya, Pastor Edmund menjawab dengan sedih : “Aku tahu betapa kuatnya kepercayaanmu. Aku telah mendengar bahwa pada suatu kali 12 orang pastor sekaligus berlindung di Ross Hall. Tetapi anda menyadari bukan, bahwa untuk berbuat semacam itu, anda menghadapi resiko penyitaan harta oleh pengikut Ratu?”
“Ya pastor, saya tahu. Tetapi sesungguhnya penyitaan semacam itu tidaklah sah karena suamiku mewariskan Ross Hall untuk anak-anak kami!” Sementara itu ketiga putrinya sedang bercakap-cakap dengan teman mereka … keempat putra Worthington.

“Aku sangat berharap bahwa pengejar-pengejar pastor tidak datang mencari kesini sementara Pater Edmund sedang bersama-sama dengan kita,” kata Thomas dengan nada Khawatir. “Kalau mereka menanyai kami, mereka tidak akan mendapat jawaban apa-apa,” kata Robert.
“Kami akan setia sampai mati!” kata Richard menambahkan.
“Apabila mereka datang pada kami, kami pun akan melawan mereka juga!” seru Eleanor.
Pastor Edmund melewatkan beberapa minggu berikutnya antara Blaincough Hall dan Ross Hall dengan pakaian seperti pelayan. Kecuali apabila mempersembahkan Misa ia memakai jubah yang disimpan pada tempat persembunyian dengan piala suci. Betapa menyenangkan masa Paskah pada waktu itu, dengan Mary Allen dan anak yang akan menerima komuni pertama, orang-orang dewasa yang berkumpul untuk menghadiri misa dan mendengarkan khotbah.

Pater Edmund menekankan pada diri mereka akan kebutuhan lebih banyak pastor yang ingin mengorbankan jiwa mereka untuk mencegah supaya Inggris tidak kehilangan kepercayaan sama sekali. Kini anak-anak Worthington itu sedang menikmati hidup di alam bebas, menunggang kuda, berburu dan menembak bebek. Tetapi mereka sangat terpengaruh oleh kata-kata Pater Edmund sehingga mereka merasa telah menyerahkan kehidupan mereka yang bahagia itu.

Pada suatu hari Thomas datang tergesa-gesa : “Pater Edmund,” serunya. “Ia telah ditangkap! Aku mendengarnya di desa!” Minggu pagi, dua orang mencarinya. Seorang diantaranya mengatakan betapa rindunya ia untuk menghadiri Misa. Nah, tampaknya tukang masak Elliot, seorang Katolik, sehingga ia mengaku bahwa Misa akan diadakan dengan rahasia oleh Pater Edmund sendiri. Begitu Ceritera Thomas. Keluhan sedih terdengar sementara Thomas melanjutkan : “Ketika tukang masak itu sedang meminta ijin dari nyonya rumah, orang yang lain itu menyelinap pergi kepada yang berwajib. Elliot mengikuti Misa kemudian ia pergi. Ketika mereka sedang makan terdengarlah tanda bahaya.” Thomas berhenti sebentar.

“Teruskan!” kata pendengar-pendengarnya.
“Tampaknya ada Cukup waktu bagi Pater Edmund dan dua orang pastor lainnya untuk bersembunyi, sebelum sekelompok orang bersenjata menyerbu masuk.”  Tiap-tiap orang menahan napas dengan khawatir ketika ia melanjutkan : “Mereka menghabiskan waktu sehari untuk menggeledah, merobohkan tembok dan merusak segala sesuatu. Keesokan paginya mereka memutuskan untuk berhenti. Kelihatannya Pater Edmund dan dua koleganya itu akan selamat, tetapi tepat ketika perusak-perusak itu pergi, Elliot sendiri yang memerintahkan supaya dinding di atas pintu masuk dirobohkan.”

“Yudas!” kata ayah mereka dengan pedih.
“Ya, dan bukan hanya Yudas saja … ia juga seorang pembunuh,” anaknya melanjutkan. Begitulah kata-kata orang di desa : seorang pembunuh yang mendapatkan ampun dari Earl Leicester supaya, dengan merubah agamanya dapat berlaku sebagai mata-mata terhadap orang Katolik.
Keluarga Worthington … keluarga Allen, dan semua orang Katolik di Inggris sangatlah sedih, mengetahui Pater Edmund telah ditangkap musuh-musuhnya. Pada hari-hari berikutnya yang penuh dengan ketegangan, mereka menjadi sedih ketika tahu bahwa ketiga pastor itu sedang di bawa ke London. Tak mungkin ditolong.

Lengan mereka diikat ke belakang pada topinya ditulis : “Campion si penghianat”. Penduduk di tepi jalan menyambut mereka dengan olok-olokan dan ejek-ejekan. Kemudian mereka mendengar bahwa Pater Edmund ditahan di Tower (Penjara Menara), suatu tempat yang mengerikan yang sring disebut pula “Little Ease” dimana hamper tidak ada tempat untuk duduk betul atau pun berdiri santai. Pada hari keempatnya  Pater Edmund dibawa ke Leicester House. Dalam keadaan lelah, lesu, dan sedih untuk menghadapi Ratu, Duke of Bedford dan Earl dari Leicester.

Atas pertanyaan-pertanyaan mereka, ia menjawab dengan sederhana bahwa kedatangannya ke Inggris hanya untuk menyelamatkan jiwa-jiwa dan ia tetap mengakui Ratu Elisabeth sebagai atasannya dalam hal-hal duniawi.
“satu-satunya kejahatan, tetapi cukuplah sudah, adalah bahwa engkau iman Katolik,” kata mereka.
“Dan itulah kemuliaanku yang terbesar,” jawab Pater Edmund. Ia dibawa kembali kemenara, disiksa … dan kemudian dituduh sebagai kepala komplotan untuk menolong orang-orang asing menjajah Inggris. Tuduhan tersebut disangkal mati-matian, karena itu tidak benar.  Tetapi tetap dianggap bersalah sebagai penghianat, sehingga ia dijatuhi hukuman gantung di Tyburn.

Pater Edmund masih mencoba meminta supaya kedua temannya, pastor Ralph Shehurin dan pastor Alexander Briant yang juga dari Serikat Yesus, dibebaskan namun tidak berhasil. Untuk 11 hari lamanya menunggu saatnya yang terakhir, saudara perempuannya datang untuk memohon padanya agar melepaskan kepercayaannya sehingga ia akan dibebaskan.  Sedangkan Elliot pun datang padanya untuk memohon pengampunan daripadanya.

Pada 1 Desember 1581 … dengan ditelentangkan pada sebuah papan yang diikat pada seekor kuda; Pater Edmund ditarik dari Tower agar lebih menderita, dibawa ke tempat penggantungan di Tyburn dan kemudian digantung sampai mati. Kata-katanya yang terakhir : “Saya seorang Katolik dan seorang imam Katolik … dalam kepercayaan itu aku … telah hidup dan dalam kepercayaan itu pula aku akan mati.” Bersama dengan dia pastor Shehurin dan pastor Briant ikut dihukum gantung.
Ada saksi yang memberitakan bahwa karenanya samapai 4000 orang Anglikan kembali ke Gereja Katolik. Demikian Pater Edmund Campion … menjumpai kemuliannya.

0 comments:

Post a Comment